Posted by : satriyo budi w
Selasa, 04 Maret 2014
bobot sebuah sebuah proyektil juga ngaruh, makin berat sebuah proyektil semakin kecil twist number.suatu putaran memastikan peluru memiliki suatu momen yg stabil dalam perjalanannya ke target, namun perbandingannya mesti seimbang. terlalu banyak maka peluru akan melintir sebelum menembus sasaran scara penuh, dikit, akurasi ga optimal.
peluru biasanya diisi pake tangan, atau handloading, menjamin tiap proyektil dan propelan memiliki isian yg konsisten. proses handloading ini lama dan mahal, hal ini mengapa banyak sniper lebih memilih isian menurut selera masing2 yg dirasa cocok.
laras berpengaruh, karena makin kecil vibrasi laras maka jatuhan akan makin konsisten, ini kenapa kbanyakan sniper rifle larasnya lebih tebal dari rifle konfesional.
receiver adalah tempat dimana laras duduk, dan dimana mekanisme housing dan grendel berada. suatu receiver duduk di bodi/popor nah proses pendudukan ini disebut bedding, bedding sniper rifle amat khusus. mereka biasanya memakai polimer khusus, atau lem, atau seperti L96, lebih ekstrim lagi, yakni paku termal. kalau beddingnya memble, receiver bakalan goyang dan antara titik bidik dengan titik sandar senapan ga sama, akurasi memble.
kemudian kita pindah ke mounting, mounting adalah tempat dimana teleskop dipasang, tempat paling optimal ya diatas receiver.
kemudian teleskop, ini satu bagian unik, karena ada alat bantu berupa bullet drop compensator, yg umum ya mildot. namuni mldot ud dianggap kuno, krn pegunungan afganistan membutuhkan scope yg lebih baik, muncul multireticle dot seperti horus scope. dengan multireticle ini, cukup dimasukin ke komputer, voila dapat solusi dan dial sesuai angka di scope.
mldot
horus scopeapa itu scope dial? nih, dial atas itu jarak, kanan angin, kiri fokus. nembak 1 increment diatas titik sasaran, spt angin, bila 5 kmh menggeser peluru satu inch maka jatuhan 1 MoA ke kiri/kanan dlm 100 m. jadi apabila senapanmu punya karakter jatuhan 1 inch tiap 100 meter, artinya kamu harus muter dial scope 1 mil kekiri tiap 100 meter,
nah para sniper biasanya menggunakan solusi ini diluar kepala, terkadang target muncul tidak diduga dan kalkulasi harus pake insting. dan ga selalu sniper memakai teknik one shot one kill, ada teknik seperti kentucky windage, ngambil titik jatuhan utk koreksi selanjutnya. jadinya kaya teknik artileri, ia melakukan walking..atau menembak dgn menjadikan jatuhan peluru sebagai titik bidik baru hingga sasaran kena.
gimana menentukan jarak? pertama kamu harus tau berapa tinggi target, misalnya targetmu tingginya adalah 157cm, sementara kebaca di di dial sebesar 7 mil,artinya rumusnya (tinggi target/mil) x 1000, artinya (1.57/7) x 1000 = 224.3 meter, senapanmu 1 MoA/100 meter. artinya kamu harus membidiknya sebesar dua mil diatas kepalanya, artinya sekitar 4-5 inch/10.16-12.7 cm diatas kepalanya. tapi itu hanya berguna utk sasaran diam, sedangkan kepala manusia selalu bergerak.makanya sebagian besar sniper membidik dada, biasanya di segitiga torso (antara bahu hingga ulu hati).
sumber: @tweetmiliter
nice articel gan, terus menulis :D
BalasHapusWes pikoy. siap
BalasHapus